Sabtu, 05 Januari 2013

AMALAN-AMALAN UTAMA DALAM BULAN DZUL HIJJAH


Semoga artikel religi bermanfaat bagi kita semua
AMALAN-AMALAN UTAMA DALAM BULAN DZUL HIJJAH

Allah SWT berfirman :

ÄÙ À Ø á =.ZeãÅ ê%=îîFQ dä~îîe p ê$=.Zîeã p
1) “Demi fajar” ; 2) “Dan demi sepuluh malam” (QS Al Fajr : 1 - 2)

           Dalam ayat kedua tersebut di atas Allah SWT bersumpah dengan 10 malam, yakni 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah. Imam Muqatil mengatakan, disebut “10 malam” karena terbilang 9 hari 10 malam sebelum Hari Raya Idul Adlha.

              Ada beberapa amalan yang masyru’ (yang disyari’atkan) untuk merespon keutamaan 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah :

A.  SHALAT MALAM dan PUASA MUTHLAQ
            Melakukan shalat malam pada saat ¹/з malam terakhir, sekurang-kurangnya satu malam di antara 10 malam pertama tersebut di atas, sebanyak 4 rakaat dengan 2 salam. Dalam setiap raka-atnya membaca Surah Al Fatihah, Surah Al Ikhlash 3X, Surah Al Falaq 1X, Surah An Nas 1X, ayat Kursi 3X. Lafadh niatnya :

1äR% ê G&îRa< 9.t&îeã ÖnîîA éfIü   atau :
1äR% ê G&îRa< g~îf hä~î] #} qîm

Esok harinya atau hari lainnya selain hari ke-8 dan ke-9 berpuasa dengan melafadhkan niat :

1äR% ê Ö.<ã ú:=îîFQ hä} ü oi h q} hqI #} qîm 
“Saya berniat puasa pada hari di antara 10 hari bulan Dzul Hijjah Lillahi Ta’ala”.

Disebut puasa muthlaq (penulis hanya mencoba memberanikan diri untuk menyebutnya demikian), karena bukan puasa Tarwiyah dan bukan pula puasa ‘Arafah.

              Diriwayatkan oleh Syekh Abul Barakat bersumber (urutan riwayat yang bersambung ke atas) dari : Muhammad bin Muhammad bin Abdul Aziz - dari Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Al Husein - dari ayahnya yakni Muhammad bin Ali - dari ayahnya juga yakni Ali bin Al Husein (yang dikenal dengan nama Zainal Abidin) - juga dari ayahnya yakni Husein bin Ali - dari ayahnya pula yakni Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda :

ÖQäË ð ãp9.Y Ö.<ã ú: =îîFQ g58 ã:ü
“Apabila telah masuk 10 hari (pertama) bulan Dzul Hijjah, maka bersungguh-sungguhlah kamu dalam beribadah”.

Diriwayatkan pula oleh Syekh Abul Barakat bersumber (urutan riwayat yang bersambung ke atas) dari : Asy Syarif Abi Abdillah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Yahya Al Mahdi - dari Hisyam bin ‘Urwah - dari ayahnya (yakni ‘Urwah) - dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

dqÊ =îj&Qã p /1 oi Õ8äçQ êã 9çQ äjm ýbY Ö.<ã ú: =îîFQ éeä~îîe oi Öf~îe äîîîîîîîî~1ü oi
u&nîîA =îyäîA 1äR% êã 9çQ äjm ýbY äiq} ät~îY häI oi p À u&nîîA
“Barangsiapa yang menghidupkan satu malam (shalat malam) di antara 10 malam (pertama) bulan Dzul Hijjah, maka sama halnya dia beribadah haji satu kali dan beribadah ‘umrah selama satu tahun. Dan barangsiapa yang berpuasa pada satu hari di antara 10 malam tersebut, maka sama halnya dia beribadah kepada Allah selama satu tahun”.

B.  PUASA TARWIYAH
            Puasa Tarwiyah adalah puasa sunnah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ada beberapa keistimewa-an yang akan diraih oleh setiap orang yang mau menjalankan puasa Tarwiyah :
1. Dapat menghapus dosa satu tahun.
2. Dianugrahi oleh Allah SWT dengan 10 macam kemuliaan, yaitu:
·    Diberi keberkahan pada umumnya.
·    Bertambah harta.
·    Kehidupan rumah tangga akan terjamin.
·    Membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan yang telah lalu.
·    Amal dan ibadahnya akan dilipatgandakan.
·    Allah akan memudahkan kematiannya.
·    Allah akan menerangi kuburnya selama di alam Barzah.
·    Allah akan memberatkan timbangan amal baiknya di Padang Mahsyar.
·    Selamat dari kejatuhan kedudukan di dunia ini.
·    Martabatnya akan dinaikkan pada sisi Allah SWT.

Begitu banyaknya hikmah puasa Tarwiyah, sehingga patutlah kita respon dengan semangat ibadah yang tinggi dan ikhlas.

              Keutamaan puasa Tarwiyah itu didasarkan pada beberapa Hadits berikut ini :

G&nîîA Õ<äZa  ÖY=îQ h q} hqI p À ÖnîîA Õ<äZa Öî}p=&îeã h q} hqI
"Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) 1 tahun, dan puasa hari Arafah menghapuskan (dosa) 2 tahun" (HR Ad Dailami dalam kitabnya “Musnad Al Firdaus”).

Biarkan saja kalau ada pendapat yang menilai Hadits tersebut di atas sebagai Hadits Palsu, toh yang berpendapat demikian adalah manusia yang bisa benar dan bisa salah, apalagi tidak selevel dengan Imam Ad Dailami yang dikenal sebagai Al Hafidh (ulama penghafal 40.000 Hadits ke atas).   

Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasululah SAW bersabda :

äîîîî} á ãqeä] Á hä} öã r;s ò g-< oi U êã 1ü è ät~Y ;äJeã gjRîe ã À hä} ü oi äi
, =îî5g-< vü À êã g~çîîA ò 8ät:ã vp á dä] Èêã g~çîîA ò 8ät:ã vp À êã dqîîA<
                                                                            Á |<ä6çeã rãp<  À  xéFæ ce: oi S-=} kfY ueäi p uîîBZnæ
"Tidak ada perbuatan yang disukai oelh Allah SWT daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari (pertama) bulan Dzulhijjah". Para Sahabat pun bertanya, "Ya Rasulullah, Walaupun jihad di jalan Allah?". Rasulullah bersabda : "Walaupun jihad pada jalan Allah, kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (mati Syahid)" (HR. Bukhari).

Dari Siti Hafshah ra ia berkata : "
Ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasululah SAW yaitu puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 hari (di bulan Dzulhijjah), puasa 3 hari pada setiap bulan, dan melakukan shalat 2 rakaat sebelum shalat shubuh" (HR Ahmad dan Nasa'i).

Berdasarkan Hadits-Hadits tersebut di atas, para ulama sepakat bahwa puasa Tarwiyah hukumnya sunnah. Lafadh niat Puasa Tarwiyah :

1äR% ê ÖnîîA Öî}p=&îeã h q} hqI #} qîm
“Saya berniat puasa hari Tarwiyah karena, sunnah, Lillahi Ta'ala”.

              Selain itu, dianjurkan pula pada malam hari Tarwiyah (malam ke-8 Dzul Hijjah hendaknya memperbanyak bacaan dzikir seperti :

(1000X) uî~îeü åq% ü p hq~î^îeã é<ã qsvü uîeüv |;eã À k~ÏRîeã êã =ZV&îîAü

- Berpuasa pada hari itu pahalanya sangat besar.
- Bagi yang berpuasa pada hari itu akan ditutup Allah 30 pintu kesusahan dan dibuka 30 pintu kesenangan.

C.  PUASA AROFAH
              Puasa Arafah adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dinamakan Puasa Arofah karena pada saat itu para jamaah haji sedang wukuf di bawah terik matahari di Padang Arafah.

              Bagi setiap orang yang tidak pergi haji dianjurkan dengan anjuran yang muakkad (sangat serius) agar berpuasa pada hari Arofah, sedangkan bagi yang pergi haji tidak disyariatkan puasa tersebut berdasarkan Hadits :

däîîîî^Y À r éçnîeã h qI ò ÖY=îQ hq} äs9nQ ãp<äW äîAäm lü (<ä<ã #næ gNZîeã hüoQ
qsp oçîe oi 09^æ uî~îeü #fîîA<ýY À kîyäJæ C~îe á ktNRæ dä]p À kyäI qs á ktNRæ
                                                                            Á kfîîBi p |<ä6çeã rãp<  À  uæ=îîFY À rRRæ 2Q []ãp
“Dari Ummul Fadlal binti al-Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya (Padang Arafah) pada hari Arafah tentang puasa Nabi SAW. Sebagian mereka mengatakan, “Beliau berpuasa”; dan sebagian lainnya mengatakan, “Beliau tidak berpuasa”. Maka Ummul Fadlal mengirimkan semangkok air susu kepada beliau, dan ketika itu beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya. (HR. Bukhari, no. 1988 dan Muslim, no. 1123).

Ada beberapa keistimewaan yang dapat diraih oleh setiap orang yang berpuasa Arofah :
1. Allah SWT mengampuni dosa-dosanya selama dua tahun, tahun lalu dan yang akan datang.
2. Allah SWT menjaganya untuk tidak berbuat dosa selama dua tahun
3. Pembebasan dari api neraka kelak pada Hari Akhir.

              Dosa pada tahun yang akan datang diampuni oleh Allah berkat puasa Arofah, maksudnya :
Sebagian ulama berpendapat bahwa apabila seseorang berbuat maksiat pada tahun ini, maka Allah SWT akan menjadikan puasa Arofah yang ia lakukan pada tahun lalu sebagai penghapus dosa sebagaimana penghapus dosa pada tahun sebelumnya.

              Keutamaan puasa Arofah itu didasarkan pada beberapa Hadits berikut ini :

Ö~Mäi ÖnîîA=Zb} xã<qîEäQ h q} hqIp À Öfç^&îîBip Ö~Mäi À G&nîA=Zb} ÖY=îQ h q} hqI
 Á Õ8ä&] +ü oQ 8pã8qæü p kfîîBi p 9Mü rãp<  À

“Puasa hari Arofah dapat menghapus dosa 2 tahun, tahun lalu dan tahun yang akan datang, sedangkan puasa hari Asyuro dapat menghapus dosa tahun lalu” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud, dari Abu Qatadah).

G&nîîA Õ<äZa  ÖY=îQ h q} hqI p À ÖnîîA Õ<äZa Öî}p=&îeã h q} hqI
"Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) 1 tahun, dan puasa hari Arafah menghapuskan (dosa) 2 tahun" (HR Ad Dailami dalam kitabnya “Musnad Al Firdaus”).

Dalam riwayat Syekh Hibatallah bin Al Mubarak bersumber (urutan riwayat yang bersambung ke atas) dari : Ahmad bin Muhammad - dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam - dari ayahnya yakni Zaid bin Aslam, dituturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

ÖnîîBe =5ý% äi p uçm : oi h9^% äi ue êã =ZU ÖY=îQ hq} häI oi
“Barangsiapa yang berpuasa pada hari Arofah, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya pada tahun lalu maupun (pada tahun) yang akan datang”.

Z À qm9~îîe umü  p À ÖY=îQ h q} oi <äîîîîîîîîînîeã oi ã9çQ uî~Y êã _&R} lü oi =î*îa ü h q} oi äi
                             Á ÖîîFyäQ oQ rRUp kfîîBi rãp<  À  ÆìÈ xvÒs 8ã äi Ç á dq^~îY À ÖbywîUã k ésäç}
Tidak ada suatu hari yang Allah merdekakan hamba dari neraka pada hari itu lebih banyak daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman, “Apa yang dikehendaki oleh mereka itu?'” (HR. Muslim, No. 1348, beserta perawi-perawi lainnya, dari 'Aisyah).
Catatan penting :
1.    Kesunnahan Puasa Arafah Tidak Didasarkan Pada Adanya Wuquf di Arafah, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka bisa jadi hari Arafah di Indonesia tidak sama dengan di Saudi Arabia yang berlainan waktu 4-5 jam. Ini tentu berbeda dengan kelompok umat Islam yang menghendaki adanya “rukyat global”, atau kelompok yang ingin mendirikan khilafah Islamiyah, sehingga penanggalan Islam disamaratakan seluruh dunia, dan Saudi Arabia menjadi acuan utamanya.

Keinginan menyamaratakan penanggalan Islam itu sangat bagus dalam rangka menyatukan hari raya umat Islam. Namun menurut ahli falak, keinginan tersebut tidak sesuai dengan kehendak alam atau prinsip-prinsip keilmuan. Rukyatul Hilal atau observasi bulan sabit yang dilakukan untuk menentukan awal bulan Qamariyah atau Hijriyah bukanlah berlaku secara global atau trans-nasional, melainkan berlaku secara nasional yakni rukyat yang diselenggarakan di dalam negeri masing-masing dan hanya berlaku dalam satu wilayah hukum. Ini juga berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW sendiri.

Penentuan hari Arafah itu juga ditegaskan dalam Bahtsul Masa’il Diniyah Maudluiyyah pada Muktamar Nahdlatul Ulama XXX di Pondok Pesantren Lirboyo, pada akhir tahun 1999. Ditegas-kan bahwa yaumu ‘Arafah atau hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan pada rukyatul hilal (melihat bulan).

2.  Bagi kaum wanita yang biasanya punya tanggungan utang puasa Ramadlan disarankan agar meng-qadla-nya pada hari Arafah, atau pada hari-hari lain yang disunnahkan berpuasa. Tentu saja mereka akan mendapatkan dua pahala sekaligus, yakni pahala puasa wajib (utang puasa Rama-dlannya lunas) dan pahala puasa sunnah. Demikian ini pernah dibahas dalam Muktamar NU X di Surakarta pada tahun 1935, dengan mengutip kitab Fatawa Al Kubra pada bab “puasa” :

     PqË&îeäY vü  p À uî~îfQ läa lü è-ãqîeã |qîîîîînî} lü PqË&îeã 9}=je gîîîîNY öã lü kfR}
                                                                                                                                                       Á uî~îfQ äi ue gJ2~îe
Diketahui bahwa bagi orang yang ingin berniat puasa sunnah, lebih baik ia juga berniat melakukan puasa wajib jika memang ia punya tanggungan puasa wajib itu, tetapi apabila tidak punya tanggungan (atau ragu-ragu apakah punya tanggungan atau tidak), maka ia cukup berniat puasa sunnah saja agar ia memperoleh apa yang diniatkannya.

3.  Puasa Sunnah Bagi Isteri Harus Seizin Suami. Apabila seorang suami menyuruh istrinya membatalkan puasa sunnahnya karena suatu hal, maka :

Manakah yang harus didahulukan, menjalankan perintah suami ataukah melanjutkan puasa sunnahnya?

Bagi isteri, mentaati suami dalam hal-hal yang tidak mengandung unsur maksiat hukumnya wajib. Berarti wajib bagi isteri menggugurkan puasanya yang hanya sunnah demi mentaati perintah suami yang tidak terindikasi egoistis atau lebih-lebih melanggar ketentuan Agama.

 

                        Sambil berpuasa, dianjurkan pula mengerjakan shalat sunnah muthlaq, bukan pada malam Arafah melainkan pada hari Arafah terutama pada saat mendekati waktu ashar, sebanyak 2 rakaat dengan cara sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui riwayat berikut ini :

 

á väîî] À t 8qRîîBi oæ êã9çQ p t èeäÊ +ü oæ éîfQoQ r8änîîAýæ    oîîB<ã äm ýçîm ü

åäîîî&bîeã Ö2%äY ÖRa< ga ò ü=^î} À G&îRa< ÖY=îQ hq} ûfI oi Ç á r êã dqîîA< dä]

ü=îîîîî^î}  Z À Giäæ ätj&6} p k~1=îeã oM=îeã êã kîîBçîæ ü9çî} Õ =îi ga ð À $ã=îi (w)

êã kîîBçîæ Õ =îi ga ð ü9çî} À Õ=îi 9îî êã qs g] p À $ã=îi (w) lp=Zbîeã ät} ýî} g]

                                            Á Æ uæqm: ue $=ZU 9]ém ü ãp9tîîEã á 1äR% êã dä] À k~1=îeã oM=îeã

ÄÚß À ÚÞ H Ù, Ö~nVeã Ç åä&a Å !<äçUã oæã rãp<  À

 

“Kami dikabari oleh Al Hasan (bin Ali) dengan bersumber dari Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud, kedua beliau berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang mengerjakan shalat 2 rakaat pada hari Arofah (bukan pada malam Arofah), pada setiap rakaat ia membaca Surah Al Fatihah 3X, masing-masing ia mulai dengan basmalah dan ia akhiri dengan ucapan “Amin”, ke-mudian ia membaca Surah Al Kafirun 3X beserta Surah Al Ikhlash 1X,yang  masing-masing ia awali dengan basmalah, maka Allah berfirman : “Saksikanlah olehmu, bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa-dosanya” (HR Hibatallah bin Al Mubarah, dikutip dari Kitab “Al Ghunyah” Juz II Hal. 37-38).

D.  TAKBIRAN
              Takbiran Hari Raya Idul Fithri dinamakan Takbir Mursal, artinya takbiran yang tidak terkait dengan shalat 5 waktu, mulai dikumandangkan pada saat Maghrib malam Hari Raya sampai sebu-bar Shalat Idul Fithri, sehingga tidak ada Takbiran lagi sesudah itu.

              Sedangkan Takbiran Hari Raya Idul Adlha dinamakan Takbir Muqayyad, artinya takbiran yang terkait dengan shalat 5 waktu selama 5 hari, yaitu dimulai pada saat Shubuh hari Arofah tang-gal 9 Dzul Hijjah sampai waktu Ashar pada akhir Hari Tasyriq tanggal 13 Dzul Hijjah. Berarti selama 5 hari itu setiap sesudah salam shalat Fardlu Imam Rowatib hendaknya memimpin Takbiran. Ada-pun pada malam Hari Raya Idul Adlha tentu saja dianjurkan mengumandangkan Takbiran semalam suntuk seperti pada Hari Raya Idul Fithri.

              Adapun teks Takbiran yang umum di Indonesia berasal dari Fiqih Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi’i, diawali dengan ucapan Takbir 3X. Silakan kelompok lain mengawali ucapan Takbir hanya 2X asalkan diakui berasal dari Fiqih Madzhab Hanafi dan Madzhab Hanbali, jangan sok diakui sebagai satu-satunya yang berasal dari Rasulullah SAW. Sejak akhir abad 19 M telah banyak muncul pendapat yang berslogan kembali secara murni kepada Al Qur’an dan Hadits tanpa ter-ikat oleh suatu madzhab tertentu, ternyata pendapat-pendapat itu sudah terdahului oleh fatwa-fatwa dari Madzhab Empat. Kata Prof. Mahmud Syaltout, Rektor Universitas Al Azhar Kairo, Mesir : “Pada Abad 20 M banyak cedekiawan muslim seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Jamluddin Al Af-ghani, dan lain-lain, disebut-sebut sebagai Mujtahid (penemu solusi hukum dalam Islam) atau Mujaddid (pembaru Islam), ternyata semua apa yang mereka lontarkan sudah terdahului oleh para Imam Madzhab Empat dan Imam-Imam lainnya yang semasa”. 
 
E.  PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN

              Syari’at Qurban oleh Allah SWT telah dituangkan dalam QS Al Hajj : 36 - 37. Di bawah ini teks QS Al Hajj : 36 dipaparkan bagian demi bagian dengan masing-masing penjelasannya :

 

Ù êã=îyäRîîE oi kbîe ätnîfîR- l9çîeã p  À  Ø

"Dan telah kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai bahagian dari lambang-lambang agama Allah”.

 

Sudah menjadi gaya bahasa Al Qur’an, hanya disebutkan unta tetapi pengertiannya mencakup unta, sapi, kerbau, kambing, dan domba. Semua hewan ternak tersebut dijadikan oleh Allah ber-manfaat bagi kita. Adapun yang dimaksud dengan sebagai bahagian dari lambang-lambang agama Allah adalah penyembelihan hewan Qurban yang secara lebih utama dilaksanakan sebubar dari Shalat Idul Adlha sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dhuhur) berdasarkan Hadits :

 

åä9^Y ce:gRY ojY À =2nînîY À S-=m Z À éîfJm lüã;s äniq} uæ ü9çîmäi d p ü lü

        Á xéEò cîBnîeã oi C~îe ufsö ui9] k< qs äjmýY ce:gçî] : oi p Àänî&înîîA

“Sesungguhnya yang kami mulai pada Hari (Idul Adlha) ini adalah shalat (Idul Adlha), kemudian pulang, lantas menyembelih hewan Qurban. (Karena itu), barangsiapa yang menyembelih hewan Qurban sebelum shalat Id, maka sesungguhnya demikian itu hanyalah (makanan) daging yang dapat disajikan kepada keluarganya, tidak sedikitpun tergolong ibadah Qurban” (HR Bukhari dan Muslim).

 

              Hanya saja ditambah lagi kesempatan penyembelihannya sepanjang hari pada har-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah). Adapun penyembelihan pada malam hari menurut Madzhab Syafi’i hukumnya makruh, karena ditakutkan keliru dalam penyembelihannya, atau kaum fakir miskin dipastikan tidak akan hadir pada malam hari untuk menerima jatah Qurban.

 

              Qurban menurut Madzhab Hanafi hukumnya wajib setiap tahun bagi orang mampu yang tidak sedang bepergian, baik karena nadzar ataupun tidak, baik karena sengaja membeli hewan untuk Qurban ataupun tidak, demi :

·    mensyukuri nikmat kemampuan

·    menghidupkan ibadah Qurban yang telah diwariskan oleh Nabi Ibrahim AS

·    memperoleh kendaraan pada saat menyeberangi titian Shirath kelak pada hari Akhir

·    meraih ampunan dari Allah atas segala dosa

·    menghapus segala kesalahan.

 

Adapun menurut 3 Madzhab di luar Madzhab Hanafi hukumnya sunnah mu-akkadah, dan makruh bagi yang mampu jika tidak melaksakannya. Sedikit lebih rinci lagi :

·    menurut Madzhab Maliki sunnah mu-akkadah bagi siapapun yang tidak pergi haji. Dan bagi yang mampu, lebih sempurna menyembelih 1 ekor untuk setiap keluarga yang dinafkahi, tetapi boleh juga 1 ekor diatas namakan seluruh keluarga yang dinafkahi.  

·    menurut Madzhab Syafi’i sunnah ‘Ain bagi setiap orang sekali dalam seumur hidup, dan sunnah kifayah bagi rumah tangga yang anggota keluarganya banyak, artinya cukup satu orang saja dalam rumah tangga itu yang menyembelih hewan Qurban. 

 

Ù R5ät~Y kbîe  À Ù

“kamu memperoleh kebaikan yang banyak pada Qurban itru”.

 

              Karena begitu besar pahala Qurban, maka menurut riwayat Imam Ibnu Majah, Rasulullah SAW menyembelih 2 ekor gibasy setiap tahun,  1 ekor diatasnamakan untuk diri beliau beserta seluruh keluarganya, dan 1 ekor lagi diatasnamakan untuk diri beliau beserta seluruh umatnya.

 

              Kata Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali) : “eman-eman pahala Qurban yang begitu besar tidak terpegang tangan, sehingga Qurban utang, Qurban arisan, maupun Qurban cicilan, sah hukumnya asalkan ada andalan dana untuk pelunasannya”.

 

              Abdullah bin Abbas pun merasakan eman-eman, sehingga setiap tahun beliau menyem-belih hewan Qurban. Tetapi pada suatu Hari Raya Qurban beliau tidak mampu membeli sesekor kambing, akhirnya beliau membeli beberapa gantang daging lalu beliau bagi-bagikan kepada se-jumlah orang tertentu, mungkin pikir beliau lebih baik kurban daging dari pada kurban perasaan. Hanya saja, kasus Abdullah bin Abbas ini dianalisis dalam Fiqih bahwa pembagian daging pada Hari Raya Qurban tanpa menyembelih, begitu pula urunan dari seluruh siswa sekolah untuk me-nyembelih sejumkan ekor hewan ternak, tentunya tidak dapat dinamakan Qurban, tetapi ternilai sebagai partisipasi untuk mensyi’arkan agama Allah dan tentunya mustahil tidak ada pahalanya.

 

              Seseorang yang belum diaqiqahi orang tuanya karena suatu hal, maka di atas usia baligh ia dapat mengaqiqahi dirinya sendiri. Oleh karena baru mampu mengaqiqahi diri sendiri pas menjelang Hari Raya Besar, maka sebaiknya penyembelihan hewan dilaksanakan tepat pada Hari Raya Qur-ban atau pada salah satu Hari Tasyriq dengan diniati sebagai Aqiqah. Dengan cara demikian, maka aqiqahnya beres dan sekaligus mendapatkan pahala Qurban.   

 

ÙXãqI ät~îfQ êã kîîAã ãp=a :äY  À Ú

maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat)”.

              Cara penyembelihannya, hewan Qurban dalam kondisi terikat kuat hendaknya diposisikan miring kiri menghadap kiblat dengan kepala berada di arah selatan dan kaki di arah utara, sedang-kan tukang sembelihnya berada di belakang hewan itu dengan menghadap kiblat sambil memegang pisau yang benar-benar tajam. Sebelum menyembelih, hendaknya tukang sembelih sambil berdiri mengucapkan :

 

À Öî~2Mü c~îeü  p cni ã;îîîîs ktfe ã À =îçîa ü êã p êã kîîBæ À k~1=îeã oM=îeã êã kîîBæ

                                                                                                                                                                                                                          ÁÁÁÁÁÁÁÁÁ oi à éni gçî^î&îY

“Bismillahirrahmanirrahim, dengan nama Allah dan Allah Maha Besar. Ya Allah, hewan ini adalah anugerah dari-Mu dan dipersembahkan kepada-MU sebagai Qurban, maka terimalah Qurbanku / Qurban Pak ….!

 

              Basmalah yang diberi garis hanya diucapkan ketika hendak menyembelih hewan Qurban yang pertama, sedangkan pada penyembelihan berikutnya boleh diucapkan dan boleh tidak. Kata yang bergaris berikutnya untuk penyembelihan hewan Aqiqah diganti dengan kata :

 

Öî^~^Q  (sebagai Aqiqah)

Adapun bagian yang yang diberi garis miring, maksudnya : minni diucapkan oleh orang yang berqurban jika ia sendiri yang menyembelihnya, sementara min …. diucapkan oleh tukang sembelih dengan menyebutkan nama orang yang berqurban pada titik-titik tersebut.      

 

              Termasuk pengertian dari bagian ayat tersebut di atas yaitu ketika darah hewan pertama kali muncrat setelah disembelih, maka orang-orang yang ikut menyaksikan penyembelihan hendak-nya mengumandangkan Takbiran secara jamaah minimal 1X.

 

ätni ãqfbY ätæqn- #ç-p ã:ýY  À Û

“Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya”.

 

              Berdasarkan bagian ayat tersebut :

1.  Hewan yang disembelih masih kejang-kejang tidak boleh langsung dikelupas kulitnya, karena demikian itu merupakan tindakan penyiksaan atau pelanggaran HAM.

2.  Orang yang berqurban ataupun wakilnya (yakni orang yang diserahi hewan Qurban untuk disembelih di tempatnya) boleh ikut menerima atau meminta bagian tidak lebih dari sepertiga, tetapi kedua-duanya tidak diperbolehkan menjual apapun dari hewan Qurban itu, melainkan boleh menjual bagian yang sudah menjadi haknya.  

3.  Termasuk panitia Qurban di masjid-masjid, musholla-musholla, kantor-kantor, atau sekolah-sekolah :

a. jika bertindak sebagai peng-Qurban atau wakil maka boleh meminta atau ikut menerima jatah, tapi tidak diperbolehkan menjual apapun dari hewan Qurbannya;

b. jika bertindak sebagai penerima hewan Qurban untuk disembelih dan disalurkan, maka hewan Qurban itu menjadi haknya, sehingga boleh menjual bagian-bagian tertentu, sedangkan hasil jualnya bisa digunakan untuk membeli satu-dua ekor kambing atau sejumlah daging mentah untuk dimasak dan dimakan bersama, dan bisa juga digunakan untuk lainnya yang sekiranya tidak menimbulkan fitnah.

 

Ý=î&îRîUã p Smä^îeã ãqjRÊü p  À Ü

“dan beri makanlah orang yang yang tidak meminta maupun orang yang meminta”.

 

              Bagian ayat tersebut memberikan pengertian bahwa semua orang dengan status ekonomi yang bagaimanapun bisa diberi jatah Qurban, sehingga dalam pembagian daging Qurban tidak di-kenal 8 ashnaf (8 orang yang berhak) sebagaimana yang dikenal dalam zakat.

 

 AMALAN-AMALAN UTAMA DALAM BULAN DZUL HIJJAH

 

ditulis oleh Ustad. Baidlowi Mufti 

 

Tidak ada komentar: